http://lowongan.blog.friendster.com

Rabu, 17 Maret 2010

asal kata "lonthe / lonte" uji kito

Berawal dari Mas Blonty van Mbois yang menggulirkan pertanyaan ini dan memberikan jawabannya di blognya dalam bahasa Jawa. Saya mencoba menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia supaya bisa dinikmati –halah– oleh khalayak.

Sebagai awalan, lonthé adalah sebutan populer untuk wanita tuna susila, pelacur, pekerja seks komersil, di daerah Jawa Tengah (dan Yogyakarta). Yang menarik, dari mana kah sebutan “lonthé” ini berasal?

Berawal dari obrolan beliau dengan salah satu rekannya yang seorang sarjana sastra Jawa. Sampai sekarang misteri asal-usul kata lonthé ini masih berlanjut. Menurut sarjana sastra Jawa tadi, kuat dugaan kata lonthé berasal dari sebutan anak hewan, seperti belo untuk menyebut anak kuda, pedhét untuk menyebut anak sapi, cempé untuk menyebut anak kambing, dan sebagainya.

Awalnya, kata lonthé ini netral, tidak memiliki “nilai rasa”, seperti halnya kita menyebut kata “kursi”, “beton”, “meja”, “direktur”, “polisi”, “artis”, “nasi”, “roti”, dan sebagainya. Nilai rasa dan makna kata ini berubah karena adanya eufemisme, di mana satu kata bisa memiliki banyak makna.

Dari diskusi yang dilakukan Mas Blonty di Facebooknya, Mas Blonty mengumpulkan pendapat dari kawan-kawannya. Ada beberapa pendapat yang muncul, berikut saya mencoba merangkumnya.

1. Ada yang bilang, kata lonthé berasal dari kata loonely (kesepian), pendapat ini dimuat di tulisan Jayabaya tahun 80-an.
2. Lonthé adalah nama hewan yang keluar di malam hari berbentuk semacam ngengat namun kecil. Di Jateng hewan ini disebut othé-othé dan di Jatim hewan ini disebut dengan lonthé.
3. Lonthé adalah nama serangga seperti ngengat berwarna putih, baunya harum, dan keluar hanya di waktu malam (nocturnal), sukanya mengerubungi cahaya/api, sehingga kerapkali karena terlalu dekat, serangga ini terbakar. Seiring perkembangan jaman, sebutan lonthé digunakan untuk merujuk ke orang yang tingkah lakunya mirip dengan serangga tadi, yaitu suka keluar malam, berwarna putih (make-up tebal dengan bedak berwarna putih), wangi, dan suka mengerubung gemerlap cahaya (sering ditemui di tempat dugem, clubbing, ajeb-ajeb), sehingga sering “terbakar” oleh riuhnya suasana.
4. Karena lonthé merupakan serangga hermaprodhite (berkelamin ganda), maka lonthé juga bisa ditujukan kepada pria (lola — lonthé lanang).
5. Othak-athik-gathuk (disambung-sambungin), kata lonthé bisa jadi merupakan akronim, yaitu dari kalimat kelon thélé-thélé (duh, ini apa ya terjemahannya?).
6. Pada buku “Sejarah dan Perkembangan Pelacuran di Indonesia”, lonthé adalah simpanan raja-raja yang dikaryakan.
7. Para pelaku seni karawitan kuno sering menggunakan kata sénthé (sejenis tanaman umbi-umbian) untuk menyebut orang yang suka melakukan ngimpul wulung (duh, ini terjemahannya gimana, ya?). Sénthé.. nyénthé.. ngelonthé..
8. Daun sénthé selalu kering meski diguyur dengan air. Bisa jadi sifat daun sénthé yang selalu “kering” ini digunakan untuk menyebut kelakuan lonthé yang suka menjaga diri tetap “kering” (tidak menikmati, tidak merasakan kenikmatan seksual).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar